Ya, kemarin itu kami pergi konsul kembali Prof. Budi, salah satu spesialis anak terbaik dengan konsultan khusus alergi dan imunologi yang direkomendasikan eh dokter sebelumnya.
Jadwalnya jam 16.00, kami pun pergi dari rumah sekitar pukul 15.30. Awalnya aku tak akan mengajak Kakak dan akan menitipkannya di neneknya. Tapj ternyata neneknya juga ada jadwal pengajian jadi tak bisa menemani kakak. Akhirnya kuboyong juga kakak ikut bersama kami.
Saat sampai di RS ternyata dokter belum tiba. Lalu karena di lobby mungkin Kakak melihat banyak mainan ia pun merengek ingin menunggu di tempat mainan saja. Hemm baiklah kupikir memang tak ada salahnya menunggu di lobby di Playground anak.
Akhirnya kami turun ke lobby ke area playground. Anak-anak bermain dengan riang. Sepertinya baterai mereka masih full, padahal hari sudah magrib. Mereka bermain cukup lama sambil kami menunggu antrian. Kuperhatikan mereka begitu lincahnya kesana kemari, baik perosotan, naik tangga dan lain-lain membuat ada rasa khawatir padaku takut mereka terjatuh.
Semakin lama semakin berani lagi mereka bermain ditambah memang tak ada anak lain selain mereka di are Playground. Berlari, teriak dan tertawa. Aku mulai merasa anak-anak seharusnya tak terlalu lincah dan berani naik ke atas. Aku takut mereka jatuh dan kekhawatiran lain. Kucoba peringatkan mereka agar duduk dulu yang tenang, mereka enggan.
Baiklah akhirnya kuputuskan untuk kembali ke depan ruangan prakter dokter menunggu antrian. Ternyata memang dokter sudah ada dj tempat. Alhamdulillah, berarti tinggal menunggu beberapa orang lagi saja. Namun, karena sudah waktunya shalat magrib, akupun mengajak mereka untuk shalat dulu di mushola.
Di mushola anak-anak terutama kakak terlihat aktif sekali. Yaa Allah ini benar-benar menguji kesabaran. Ia pun solat disampingku dan ia berkata setelah shalat ia ingin bermain dengan teman barunya. Ya, karena tadi saat menunggu antrian di depan ruangan dokter dia berkenalan dengan teman baru.
Saat kami kembali ke depan ruangan dokter ternyata suster sudah menunggu. Antrian sudah habis dan hanya tinggal kami saja. Kami pun segera masuk menemui dokter.
Dokter bertanya banyak hal tentang Maryam, beliau sangat tegas dan lugas dalam bertanya dan menyampaikan sesuatu. Dan ketika aku sedang fokus mendengarkan dan menjawab pertanyaan dokter si Kakak juga ikutan berbicara di telingaku. Berniat bisik-bisik tapi suaranya memang tak bisa dibilang bisikan tapi seperti bicara biasa.
"Ummi aku mau main sama temen yang tadi," aku berusaha fokus mendengarkan dokter tapi karena suara Kakak yang lebih jelas di telingaku maka aku harus kembali meminta prof untuk mengulang pertanyaannya. Waduh, dadaku mulai bergemuruh.
Aku sudah bilang pada kakak, tunggu sebentar menunggu Maryam diperiksa dahulu. Ia pun merengek, teguh pendirian ingin bermain dengan teman barunya. Sementara kami pun sibuk juga menenangkan Maryam yang menangis ketakutan diperiksa dokter.
Akhirnya dengan tegas aku kembali menjelaskan pada Kakak kalau ia bisa bermain dengan teman barunya itu setelah ini. Dan aku minta ia untuk duduk yang tenang tidak bersuara ketika aku sedang berkomunikasi dengan dokter. Awlanya ia merenggut tak terima tapi kembali aku tegaskan akhirnya ia menurut untuk duduk yang tenang.
Setelah keluar dari ruang dokter, Kakak kembali merengek ingin main dengan temannya yang kini padahal temannya itu sudah tak ada disana. Ku coba jelskan untuk mengunggu sebentar, ketika dokter masih menuliskan resep untuk kami.
Setelah mendapatkan resep kini saatnya ke kasir dan ke bagian farmasi. Lama sekali kami menunggu, sehingga anak-anak pun merasa tak betah dan malah bermain kembali di area playground yang letaknya dekat dengan bagian farmasi.
Anak-anak bermain dengan riang dan aktif sekali, sepertinya baterai mereka full kembali. Situasi mulai tak kondusif ketika kami lama menunggu obat dari resep dokter tadi dan anak-anak yang kemudian merengek ingin pulang. Kucoba jelaskan setelah ini baru kita pulang. Tapi lagi-lagi, mereka merengek dengan berbagai pertanyaannya.
"ummi, kok lama, kok belum aja sih aku mau pulang!"
Mereka menunggu sambil bermain kembali. Kuperhatikan mereka masih full energi. Situasi semakin malam dan tak kondusif. Anak-anak mulai bosan. Kuajak mereka menunggu di sofa tempat menunggu. Mereka bukannya duduk yang tenang malah naik ke sofa, berdiri, guling-guling bahkan tiduran dan sempat berebut juga. Astagfirullah, apakah mereka mengira ini adalah di rumah? Aku berusaha menegur agar mereka bisa duduk saja dan bersikap tenang tapi hanya saat itu saja mereka menurut karena kemudian kejadian yang sama terulang kembali.
Aku mulai merasa gemas, dan bingung juga bagaiman membuat mereka duduk diam saja yang tenang karena di sekitar tempat kami duduk pun banyak pula orang yang juga sedang menunggu, aku takut mereka terganggu dengan tingkah anak-anakku. Sementara obat pun tak kunjung selesai disiapkan. Perut lapar dan keroncongan, waktu sholat isya pun sudah lewat. Kukira menunggu obat tak akan selama menunggu antrian masuk ruang dokter nyatanya sama saja.
Akhirnya aku memilih untuk sholat isya dulu di RS berharap setelah sholat, kami bisa pulang. Dan di rumah Hanya tinggal bersih-bersih dan istirahat.
Selesai shalat alhamdulillah obat sudah siap dan dibawa pulang. Tapi kulihat anak-anak kelelahan. Si Kakak pun terlihat lapar dan si kecil Maryam memang sejak tadi mengeluhkan lapar. Yaa Allah, kasihan sekali anak-anakku.
Tak pikir panjang aku mengajak mereka ke tempat makan yang berada tepat di seberang RS. Anak-anak sudah senang akan makan, tapi ternyata restonya sudah mau tutup. Mereka masih bisa menerima pesanan tapi hanya untuk take away. Sudah tak bisa dine in, kulirik jam oh ternyata memang sudah malam.
Yasudah karena terlanjur masuk kami pun memilih take away. Dan diluar dugaan ternyata proses penyiapan pesanan kami lamaaaaa sekali. Sampai-sampai anak-anak badmood dan menyangka akan makan disitu tapi makanan tak kunjung datang. Maryam mulai kembali kambuh alerginya. Batuk-batuk dan bentol-bentol, kupeluk dan kugendong ia sambil menunggu pesanan jadi. Lalu tiba-tiba si Kakak pun mendekat, ia merengek ingjn juga dipeluk dan digendong olehku. Tapi kubilang aku tak bisa menggendong berdua, disisi lain ku tak tega pula dengan si Kakak yang kelelahan, lapar dan ngantuk. Disisi lain ku sebal juga pada paksu yang tak gercep mengambil alih gendong Kakak. Kasian.
Setelah beberapa kali merengek padaku akhirnya si Abi peka juga. Kuminta Kakak agar digendong. Beliau keberatan karena memang bobot Kakak lumayan berat. Tapi kubilang tak apa meskipun sebentar.
Dan benar saja hanya sebentar cukup buat dia, mengatasi kecemburuannya melihat adiknya digendong.
Pesanan pun alhamdulillah selesai setelah hampir satu jam menunggu. Kami pun akhirnya pulang. Sudah larut malam. Maryam tidur digendonganku.
Ada rasa tak tega pada mereka. Yaa Allah kasian mereka tidur dalam keadaan lapar.
Sampai di rumah, Abi menyiapkan air hangat untuk mandi dan bersih-bersih. Kubangunkan Maryam perlahan dan alhamdulillah ia tak rewel dan mau bersih-bersih.
Sementara si Kakak ku minta untuk bersih-bersih juga tapi ia enggan. Mungkin kelewat ngantuk, ia tiduran di lantai. Sempat nangis dan tantrum juga. Tapi akhirnya stelan dibujuk ia pun mau.
Mereka pun makan setelah mandi dan sebelum tidur.
Alhamdulillah hari ini kujalani penuh perjuangan.
Kusematkan badge satisfactory untuk diriku sendiri, yang sudah berusaha memupuk kesabaran di setiap kondisi yang terjadi di hari ini dengan tidak memarahi anak-anak. Hanya mengomel, gemas dan menegur saja. Hehe
Komentar
Posting Komentar