Langsung ke konten utama

Berkunjung ke Gramedia

“Yeayy mau kemana nanti kita Mi?” Tanya Kakak antusias sekali sesaat setelah aku beritahu padanya bahwa hari itu, tepatnya hari Sabtu kami akan pergi ke suatu tempat untuk mengambil laptop yang sudah selesai di service beberapa hari yang lalu. Di BEC tepatnya. Biasanya kami memang tak membawa serta anak-anak pergi jauh dan lebih memilih mrnitipkan mereka di neneknya. Tapi, karena si kecil Maryam suka tantrum dan sulit ditinggal yasudah kali ini kami membawa mereka. Mereka senang sekali, walaupun aku belum terbayang bagaimana perjalanan jauh berempat menaiki sebuah motor. 

“Mau ngambil laptop, terus nanti kita mampir bentar ya ke toko buku,” jawabku. Ide mengajak anak ke toko buku begitu saja terlintas saat aku ingat  bahwa tepat di depan BEC adalah salah satu toko buku terbesar di kota ini. Selama ini aku memang belum pernah mengajak anak ke toko buku. Adapun buku anak-anak yang ada di rumah adalah hasil belanjaku di toko-toko online saja. 

“Lihat Mi, besar banget!” tunjuk si Kaka saat kami sampai di parkiran toko buku. Akhirnya setelah kurang lebih sejam perjalanan dengan segala perjuangannya kami sampai juga. Beberapa kali kakiku  kesemutan dan kram karena selain duduk di ujung jok motor juga sambil menggendong Maryam yang tertidur. Beberapa kali juga kami berhenti selama perjalanan, baik karena ingin sekedar memulihkan kakiku yang kram dulu, membenarkan posisi anak-anak ataupun mengisi bensin. Ah alangkah indahnya kebersamaan ini menurutku. Berdesak-desakan dalam motor beat. Saling berbagi tempat duduk, bahkan terkadang berdesakan juga step motor, apalagi kalau kami membawa barang yang ditaruh di depan motor otomatis tak ada pijakan kaki untuk Abi dan alhasil mencari pijakan ke belakang. Ah ya, meskipun mungkin jauh dari kata nyaman yang penting bisa duduk aman sampai tujuan. Alhamdulillah. 

Tiba di lantai 2 toko buku, kuperhatikan anak-anak matanya berbinar. Kedua matanya berkeliling melihat kesana kemari penuh dengan rak-rak buku. Mereka begitu bahagia saat didapatinya buku-buku anak-anak. 

Bahkan si Kakak sambil jongkok-jongkok untuk sekedar membaca judul buku dan membuka-bukanya. Begitu senang ia memilih berbagai buku, membaca judulnya dan membukanya dari satu buku ke buku yang lain. Sementara adiknya, ia lebih tertarik dengan gambar-gambar yang ada pada buku. Ia membuka-buka buku kecil atau boardbook. Cocok seusianya. Mereka enggan sekali beranjak, setelah kubujuk kita coba mencari Al Quran karena saat ini Kakak sudah iqro 6. 

Setelah mendapat apa yang dicari yaitu sebuah Al Qur’an dengan desain menarik untuk anak, ternyata di kecil Maryam tak mau ketinggalan. Dengan sigap ia memilih sendiri Al Qur’an yang ia suka dan berwarna ungu tentunya (warna kesukaannya) dan memasukkannya ke kantong belanja. Ia kekeh mau Al Qur’an juga padahal baru juga masuk iqro 2 dan masih jauh dari Al Qur’an. Sempat ngambek dan tak mau dibujuk. Kemudian akhirnya luluh juga saat ku ajak ke lantai 3. 

Di lantai 3 berisi buku-buku anak yang lebih banyak dan menarik dibandingkan dengan di lantai 2 tadi. 

Sumringah mereka kesana kemari melihat apa yang ada di depan mereka. Lagi-lagi Maryam menemukan buku yang ia sukai, sebuah buku boardbook abjad mini dan bebeapa flashcard. Sudah ditenteng kemana mana tak mau lepas ingin yang itu. Sementara si Kakak juga sama sibuk mencari yang ia suka. 

Tapi perhatianku fokus pada buku tentang Dinosaurus. Aku memang sedang ingin mencari juga buku yang membahas tentang Dino ini. Ku coba pilih beberapa dan mulai membuka-bukanya. Kebanyakan memang buku terjemahan, tapi bagus isinya. 

Kutawarkan pada Kakak. Ia pun ikut senang dan tak menolak. Oke cukup 1 aja, karena Abi sudah terlihat badmood. Padahal rasanya ingin juga semua kuborong tapi apa boleh buat budgetnya Cuma cukup membeli beberapa buku saja. 

Aku bujuk Kakak agar membeli 2 buku Dino aja meskipun yang lain menarik hati. InsyaaAllah kapan-kapan bisa kesini lagi. Done, si Kakak pun menurut. Tinggal si adik. 

Ia masih membawa buku pilihannya, namun ku coba bujuk perlahan untuk mengganti bukunya dengan yang lain. Buku mewarnai. Akhirnya dia menemukan buku mewarnai sayuran dan buah yang ia suka. Pada bukunya terdapat keterangan untum 3+ artinya untuk anak usia minimal 3 tahun. Lah ini dipilih oleh anak usia 2.5 tahun. Awalnya kubujuk agar mencari yang lain yang seusianya saja. Tapi apa yang terjadi? 

Dia tetap pada pilihannya bahkan sudah dikekepin. Mau yang itu. Kami pun menyerah, dengan memperbolehkannya membeli yang itu. Karena ia kokoh pada pendiriannya. 

Setelah masing-masing punya jatah buku. Kami menuruni tangga ke lantai bawah untuk ke kasir. Dan pandangan anak-anak tertuju dan berbinar kembali saat melihat disana banyak alat  tulis. Banyak pensil warna dan krayon. Aku sudah mewanti-wanti agar nanti saja membelinya jangan sekarang. 

Tapi mereka kekeh bahkan Maryam mengambil salah satu krayon pilihannya dan memasukkan ke kantong belanja. 

Hemmm. MasyaaAllah begitu excitednya mereka berada di toko buku ini. 

Aku jadi ketagihan membawa mereka kembali ke toko buku di kemudian hari. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fii Amanillah Abi

Sebuah cerita pengalaman seorang anak berusia 6 tahun saat qodarullah harus ditinggal dalam waktu yang cukup lama oleh ayahnya. Cerita ditulisnya dalam buku tulis bertuliskan tangan, sesuai bahasa yang ia tahu dibantu pertanyaan-pertanyaan pemantik dari Ummi agar alurnya pas.  Dibukukan dalam sebuah ebook yang bisa dibaca dan digunakan oleh siapapun untuk kebutuhan literasi. Tidak untuk dikomersilkan.  Salam literasi  Unduh cerita versi pdf di  Fii Amanillah Abi Cerita versi audio book di  Audio Book  atau  https://www.instagram.com/reel/CycAcd2yTq2/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Pantulan Warna Zona 4

Alhamdulillah, 15 hari berlalu dengan semua kegiatan yang dilalui bersama. Bukan hal yang tak biasa sebenarnya kita berkegiatan di 15 hari ini, karena sebenarnya setiap hari pun kamu selalu bertanya,  "Ummi, habis ini kita ngapain? Ummi kita belajar yuk!" Ya, biasanya kalimat itulah yang keluar dari sosok kamu yang sudah mulai memiliki habbit tersendiri setiap harinya. MasyaaAllah, tanpa Ummi sadari ternyata kamu memang sedang banyak bertumbuh dan berkembang dengan segala kecerdasan yang kamu miliki. Membuat Ummi menjadi sosok yang harus terpaksa kreatif dalam membersamaimu dengan berbagai kegiatan yang bukan hanya sebagai pengisi waktu saja. Namun, banyak tujuan di dalamnya.  Dimulai dengan rasa ingin memulai belajar dan berkegiatan, rasa ingin tahu dan berusaha menaklukan setiap proses belajar. Disana Ummi pun banyak belajar, jika saja kamu adalah sosok kecil yang selalu bersemangat untuk belajar dari hari ke hari dari waktu ke waktu mengapa Ummi sebagai sosok dewasa tak bi...