Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik tentu saja ada tahapan metamorfosis. Dari yang awalnya sebagai telur, ulat, kepompong dan jadilah kupu-kupu.
Di tahap telur aku diajak untuk lebih menyelami diri sendiri. Melihat potensi dan menemukan apa yang menjadi bahagiaku. Di tahap ulat, berbagai makanan dilahap agar tetap menjadi seekor ulat yang sehat dan lincah. Makanan yang dilahap tak sembarangan, harus bergizi dan tentunya sesuai dengan kesukaan.
Tibalah di tahap kepompong. Disini aku diajak untuk lebih percaya kepada diri sendiri. Berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, berproses waktu demi waktu menumbuhkan ,melatih berbagai kekuatan, kemampuan agar kelak sudah siap ketika menjadi seekor kupu-kupu.
Dari beberapa hal yang telah dilahap, dipelajari di tahap ulat aku memilih satu hal yang akan dilatih selama tahap kepompong. Setelah mempertimbangkan strong why dan idikator apa yang akan dicapai akhirnya aku memilih latihan "tidak mudah memarahi anak".
Karena menurutku ini memang hal yang harus aku kuasai dulu mengingat tujuan pada peta belajarku adalah menjadi seseorang yang menang dalam pengendalian emosi. Maka hal pertama yang kulakukan adalah ingin menjadi seorang yang tak mudah marah terlebih kepada sosok kecil yang selalu menemani hari-hari yaitu anak-anak.
Dan untuk menjalankan latihan ini aku menggunakan metode skema sehat saat emosi datang yang telah akj dapatkan dari kebun apel tempo hari.
Alhamdulillah, aku memang sudah latihan sejak melakukan puasa Senin lalu untuk tidak mudah memarahi anak. Hingga hari ini, memang tak ada anak-anak yang kumarahi, tapi masih ada saja mengomel. Tapi aku memberi apresiasi kepada diri sendiri bahwa hari ini menurutku lebih baik dari sebelum-sebelumnya yang untuk hal-hal sepele atau kecil saja biasanya aku bisa tersulut marah, nada tinggi bahkan berteriak.
Tadi, aku hanya mengomel dan mungkin menggerutu saat Kakak dan Adik tak terkontrol jam mainnya di luar rumah sementara aku sibuk dengan pekerjaan beberesku.
Ya, hari ini aku bisa dibilang berantakan manajemen waktunya. Jam belajar anak-anak terbengkalai karena aku beberes. Aku mendedikasikan proses belajar pada Abi nya akan tetapi nyatanya malah tak berjalan.
Mungkin juga ada hal yang diluar ekspektasi, ketika aku berekspektasi meskipun aku beberes anak-anak akan belajar bersama Abinya nyatanya tidak. Karena Abinya sibuk hal lain.
Ditambah aku yang lelah sampai siang hari belum tuntas melakukan tugasku. Dan yang aku harapkan bisa membantuku nyatanya tidak.
Fiuuh, akhirnya lama-lama aku pun kesal dan menggerutu sendiri.
Aku sebut hari ini aku memang berhasil tidak marah pada anak tapi jujur aku merasa marah dan kesal kepada paksu. Karena ekspektasi tak sesuai kenyataan. Hingga badge yang kudapatkan untuk diriku sendiri di hari pertama ini, kunamakan "satisfactory".
Dan hari ini aku pun memahami bahwa ketika badan lelah dan ekspektasi tak sesuai harapan akan memicu mood dan emosi berantakan.
Maka akan menjadi PR selanjutnya untuk lebih menyederhanakan ekspektasi dan lebih baik lagi dalam manajemen waktu dan tugas.
Komentar
Posting Komentar