Langsung ke konten utama

Hari 1 #Kepompong


Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik tentu saja ada tahapan metamorfosis. Dari yang awalnya sebagai telur, ulat, kepompong dan jadilah kupu-kupu. 

Di tahap telur aku diajak untuk lebih menyelami diri sendiri. Melihat potensi dan menemukan apa yang menjadi bahagiaku. Di tahap ulat, berbagai makanan dilahap agar tetap menjadi seekor ulat yang sehat dan lincah. Makanan yang dilahap tak sembarangan, harus bergizi dan tentunya sesuai dengan kesukaan. 

Tibalah di tahap kepompong. Disini aku diajak untuk lebih percaya kepada diri sendiri. Berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, berproses waktu demi waktu menumbuhkan ,melatih berbagai kekuatan, kemampuan agar kelak sudah siap ketika menjadi seekor kupu-kupu. 


Dari beberapa hal yang telah dilahap, dipelajari di tahap ulat aku memilih satu hal yang akan dilatih selama tahap kepompong. Setelah mempertimbangkan strong why dan idikator apa yang akan dicapai akhirnya aku memilih latihan "tidak mudah memarahi anak". 

Karena menurutku ini memang hal yang harus aku kuasai dulu mengingat tujuan pada peta belajarku adalah menjadi seseorang yang menang dalam pengendalian emosi. Maka hal pertama yang kulakukan adalah ingin menjadi seorang yang tak mudah marah terlebih kepada sosok kecil yang selalu menemani hari-hari yaitu anak-anak. 

Dan untuk menjalankan latihan ini aku menggunakan metode skema sehat saat emosi datang yang telah akj dapatkan dari kebun apel tempo hari. 

Alhamdulillah, aku memang sudah latihan sejak melakukan puasa Senin lalu untuk tidak mudah memarahi anak. Hingga hari ini, memang tak ada anak-anak yang kumarahi, tapi masih ada saja mengomel. Tapi aku memberi apresiasi kepada diri sendiri bahwa hari ini menurutku lebih baik dari sebelum-sebelumnya yang untuk hal-hal sepele atau kecil saja biasanya aku bisa tersulut marah, nada tinggi bahkan berteriak. 

Tadi, aku hanya mengomel dan mungkin menggerutu saat Kakak dan Adik tak terkontrol jam mainnya di luar rumah sementara aku sibuk dengan pekerjaan beberesku. 

Ya, hari ini aku bisa dibilang berantakan manajemen waktunya. Jam belajar anak-anak terbengkalai karena aku beberes. Aku mendedikasikan proses belajar pada Abi nya akan tetapi nyatanya malah tak berjalan. 

Mungkin juga ada hal yang diluar ekspektasi, ketika aku berekspektasi meskipun aku beberes anak-anak akan belajar bersama Abinya nyatanya tidak. Karena Abinya sibuk hal lain. 

Ditambah aku yang lelah sampai siang hari belum tuntas melakukan tugasku. Dan yang aku harapkan bisa membantuku nyatanya tidak. 

Fiuuh, akhirnya lama-lama aku pun kesal dan menggerutu sendiri. 

Aku sebut hari ini aku memang berhasil tidak marah pada anak tapi jujur aku merasa marah dan kesal kepada paksu. Karena ekspektasi tak sesuai kenyataan. Hingga badge yang kudapatkan untuk diriku sendiri di hari pertama ini, kunamakan "satisfactory". 

Dan hari ini aku pun memahami bahwa ketika badan lelah dan ekspektasi tak sesuai harapan akan memicu mood dan emosi berantakan. 

Maka akan menjadi PR selanjutnya untuk lebih menyederhanakan ekspektasi dan lebih baik lagi dalam manajemen waktu dan tugas. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fii Amanillah Abi

Sebuah cerita pengalaman seorang anak berusia 6 tahun saat qodarullah harus ditinggal dalam waktu yang cukup lama oleh ayahnya. Cerita ditulisnya dalam buku tulis bertuliskan tangan, sesuai bahasa yang ia tahu dibantu pertanyaan-pertanyaan pemantik dari Ummi agar alurnya pas.  Dibukukan dalam sebuah ebook yang bisa dibaca dan digunakan oleh siapapun untuk kebutuhan literasi. Tidak untuk dikomersilkan.  Salam literasi  Unduh cerita versi pdf di  Fii Amanillah Abi Cerita versi audio book di  Audio Book  atau  https://www.instagram.com/reel/CycAcd2yTq2/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Pantulan Warna Zona 4

Alhamdulillah, 15 hari berlalu dengan semua kegiatan yang dilalui bersama. Bukan hal yang tak biasa sebenarnya kita berkegiatan di 15 hari ini, karena sebenarnya setiap hari pun kamu selalu bertanya,  "Ummi, habis ini kita ngapain? Ummi kita belajar yuk!" Ya, biasanya kalimat itulah yang keluar dari sosok kamu yang sudah mulai memiliki habbit tersendiri setiap harinya. MasyaaAllah, tanpa Ummi sadari ternyata kamu memang sedang banyak bertumbuh dan berkembang dengan segala kecerdasan yang kamu miliki. Membuat Ummi menjadi sosok yang harus terpaksa kreatif dalam membersamaimu dengan berbagai kegiatan yang bukan hanya sebagai pengisi waktu saja. Namun, banyak tujuan di dalamnya.  Dimulai dengan rasa ingin memulai belajar dan berkegiatan, rasa ingin tahu dan berusaha menaklukan setiap proses belajar. Disana Ummi pun banyak belajar, jika saja kamu adalah sosok kecil yang selalu bersemangat untuk belajar dari hari ke hari dari waktu ke waktu mengapa Ummi sebagai sosok dewasa tak bi...