Langsung ke konten utama

Puasa Pekan 3 #Kepompong


Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah. 

Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3. 
Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini? 
Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih banyak badge need improvement di dalamnya. 

Aku juga entah kenapa merasa semakin meningkat level puasa semakin meningkat pula ujiannya. YaaAllah, betapa aku menjadi manusia yang kufur nikmat. Banyak hal yang kulalui dengan anak-anak setiap harinya banyak hal juga yang anak-anak lakukan dan menjadi tantangan untukku. 

Kalau istilah bahasa sundanya, anak-anak tuh seperti yang "ngahajakeun". Huhu. 
Allohu Akbar, bahkan setiap harinya ada aja yang membuat gemes, dalam sehari juga tak hanya sekali dari bangun tidur sampai akan tidur kembali. 
Aku benar-benar diuji. Awalnya, jika jiwaku sedang ringkih aku tentu saja secara spontan menyalahkan anak-anak. Kenapa sih mereka tuh? Berebut, berantem, berantakin, ngompol dan lain-lain. Setiap kejadian yang terjadi aku pikir mereka sendiri penyebabnya, penyebab diriku oleng dalam manajemen emosi. Tapiii... Saat ku sadar, saat jiwaku mulai damai, saat aku mencoba melihat sisi lain. Aku pun berpikir, oh bukan karena mereka banyak ulah tapi mungkin karena aku sebagai orang tua yang banyak sekali dosanya. Allah menegur dengan cara ini, Allah menegur agar aku sadar. Aku dilatih untuk menjadi orang tua yang mau memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Karena bukankah semuanya ini atas izin Allah? 

Ketika aku lelah, aku jatuh, aku lemah. Maka aku hanya ingin dikuatkan. Aku hanya ingin kembali dibangkitkan dengan semangat yang baru. 

Allohu Robbi, tak ada yang patut aku mintai pertolongan selain daripada pertolongan Allah semata. Ini ujianku. Maka mau tak mau aku harus siap dan hadapi ujiannya. 
Bismillah untuk hari esok yang lebih baik lagi. Bismillah untuk tantangan dan ujian setiap harinya. Bismillah untuk puasa pekan depan.


Dan untuk buddy-ku, ada sepucuk surat cinta untukmu Oktavia Winarti



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 1 #Kepompong

Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik tentu saja ada tahapan metamorfosis. Dari yang awalnya sebagai telur, ulat, kepompong dan jadilah kupu-kupu.  Di tahap telur aku diajak untuk lebih menyelami diri sendiri. Melihat potensi dan menemukan apa yang menjadi bahagiaku. Di tahap ulat, berbagai makanan dilahap agar tetap menjadi seekor ulat yang sehat dan lincah. Makanan yang dilahap tak sembarangan, harus bergizi dan tentunya sesuai dengan kesukaan.  Tibalah di tahap kepompong. Disini aku diajak untuk lebih percaya kepada diri sendiri. Berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, berproses waktu demi waktu menumbuhkan ,melatih berbagai kekuatan, kemampuan agar kelak sudah siap ketika menjadi seekor kupu-kupu.  Dari beberapa hal yang telah dilahap, dipelajari di tahap ulat aku memilih satu hal yang akan dilatih selama tahap kepompong. Setelah mempertimbangkan strong why dan idikator apa yang akan dicapai akhirnya aku memilih latihan "tidak mudah memarahi anak"...

Sahabat

Sahabat, Kadang aku terenyuh dengan kata sahabat, bukan karena aku miliki banyak sahabat atau aku punya sahabat yang begitu istimewa. Namun aku terenyuh dengan kata sahabat karena berbagai pengalaman yang aku temui dengan sosok bersama sahabat. Betapa tidak, banyak hal yang aku alami dengan banyak sahabat yang berbeda pula. Dari mulai aku beranjak di sekolah dasar hingga saat ini. Dengan berbagai cerita yang tak hentinya menuai pengalaman menarik untuk diingat bahkan menarik pula untuk segera dilupakan. Saat ini aku mengenal seseorang, tak perlu lah aku katakan siapa dia. Entah bisa aku bilang dia sahabat, teman, atau mungkin rekan kerja. Sebutan yang sebetulnya tak perlu pula aku pikirkan. Yang ku tahu bahwa kita berteman, itu saja. Uniknya, ini adalah pengalaman baruku bertemu dengan seorang teman yang “berbeda” denganku. Banyak hal yang berbeda diantara kita, bahkan urusan keyakinan. Tapi banyak pula kesamaan pandangan global bahkan untuk hal yang detail yang sebetuln...