Hari kedua dimulai. Qodarullah kami sedang berada di rumah neneknya anak-anak yaitu mertuaku sejak kemarin.
Anak-anak sudah terbiasa seharusnya menginap di rumah neneknya ini tapi kenyataannya si bungsu masih perlu beradaptasi yang lama dan berproses. Seperti kakaknya dulu saat umurnya hampir sama dengan di bungsu. Ia selalu mengintil kemanapun aku atau Abinya pergi. Sulit berbaur dengan saudara-saudara yang lain, ditambah si bungsu ini sulit sekali diajak untuk ke toilet.
Entah alasannya apa, tapi memang setiap ke rumah neneknya ini si bungsu seperti enggan ke toilet. Hingga mungkin ia lebih memilih menahan rasa ingin BAK dan BAB nya. Meskipun sudah berkali-kali aku ajak atau Abinya ajak ke toilet. Malah ia pun menolak juga dan sampai tantrum.
Alhasil kekhawatiranku pun terjadi, karena ia menahan pipis dan pupnya, ia pun tak tahan dan pipis di celana. Kejadian ini berulang beberapa kali bahkan siang ini pun ia pup di celana. Hal yang memang tak biasa ia lakukan selama di rumah. Karena sejak ia berumur 2 tahun kurang sudah melakukan toilet training dan alhamdulillah sudah berhasil lepas popok sejak umur 2 tahun atau kurang juga aku lupa tepatnya. Yang jelas selama ini sudha menjadi kebiasaan ketika ia ingin pup ia akan memberitahu dengan mengatakan "aku sakit perut" kemudian kami ajak ke WC dan memang bisa jadi dia pup atau hanya pipis. Atau kami yang beberapa kali waktu dalam sehari mengajaknya ke toilet untuk sekadar pipis.
Tapi, saat di rumah neneknya ia benar-benar sulit diajak ke toilet untuk pipis, pup bahkan mandi sekalipun. Apa mungkin dia belum terbiasa dengan toiletnya yang berbeda dengan toilet di rumah?
Hal itu membuat Abinya jengkel juga karena berkalii ia pipis bahkan satu kali pup kecil (sedikit) di celana. Aku pun sama, malah semakin jengkel dan kesal, Astagfirullah.
Yang menjadi kelemahanku saat berusaha menahan amarah kepada anak-anak adalah sesuatu yang berhubungan dengan najis. Pokoknya aku merasa malas dan kesal ketika ekspektasj soal ini tak sesuai dengan kenyataan.
Apalagi mood si bungsu yang ambyar dan sulit juga diajak ke toilet meskipun sudah tahu ia pipis di celana. Malah tantrum juga
Ah, alhasil aku pun juga banyak mengomel, menggerutu dan ngegas.
Bukan marah, menurutku tapi 'terpancjng marah. Jika kejadian seperti ini terjadi di rumah mungkkn sepertinya aku akan lebih bisa mengendalikannya tapi ini sedang tidak ada di rumah.
Dan si bungsu itu suka menjadi-jadi jika sudah berkeinginan atau mempertahankan egonya.
Disitulah aku harus bersikap tegas. Tegas dan memarahi itu berbeda bukan ?
Komentar
Posting Komentar