Langsung ke konten utama

"Aku punya teman-teman, Ummi"

 Tantangan 15 Hari 

Komunikasi Produktif 

Hari ke 7 


"Aku punya teman-teman, Ummi" 

❤️ Temuanku hari ini 

"Kak nanti kita pulang ya", kataku pada kakak Qonita. 
Kami memang masih di rumah neneknya Qonita. Rencananya, setelah menginap 1 malam disini, nanti sore kami akan pulang. 
Qonita menggeleng kepala tanda tak setuju dengan ucapanku. 
"Loh kenapa ?" Tanyaku kemudian. 
Ia tak menjawab pertanyaanku kemudian aku mengulang kembali pertanyaanku. 

"Kakak,mau pulang ga ? " 
Ia pun masih menggeleng, 
"Kakak mau nginep lagi?" 
Kali ini jawabannya mengangguk. 

Wah aku tak percaya begitu saja, kuulangi lagi pertanyaanku dan jawabannya tetap sama. Ia tak mau pulang dan ingin menginap lagi disini, di rumah neneknya. 

Jika ia tak mau pulang saat berada di rumah ibuku, maka itu adalah hal biasa yang kerap kali terjadi dan aku tak merasa aneh. Tapi ini, dia tak mau pulang saat berada di rumah neneknya di Cangkorah yang memang jarang sekali kami bertemu, ini adalah hal baru dan aneh bagiku namun pertanda baik baik untuk perkembangannya saat ini. 
Bukankah aku pernah bercerita pada temuan ku terdahulu saat neneknya ini berkunjung ke kediaman kami, yang ketika itu Qonita butuh waktu untuk beradaptasi. 
Nah, begitulah ia dan style nya disini, di rumah neneknya. 

Awal tiba disini seperti biasa yang ia lakukan hanya bertindak seolah sebagai tamu yang pemalu dan enggan berbicara atau bermain dengan sepupu-sepupunya. Namun, berinteraksi seperti memberi salam, mengangguk dan menggeleng ketika mendapat pertanyaan itu sudah ia lakukan, hanya saja suaranya minim sekali terdengar tak seperti saat kami berempat ada di rumah, yang bawelnya minta ampun. 

Dari awal, sejak kami bersiap di rumah sebelum melakukan perjalanan ke sini, aku memang sudah banyak memberikan sounding. Bahwa kita akan pergi ke rumah nenek cangkorah, nenek dan Abah adalah orang yang baik dan kakak tak perlu takut. Disana akan ada saudara sepupu yang bisa diajak menjadi teman bermain. Kakak Qonita terlihat antusias saat itu dan bahkan merasa tak sabar untuk pergi dan malah dengan sengaja memasukkan beberapa mainan ke dalam tas kami, katanya mau main sesampainya tiba di rumah neneknya. Aku juga men-sounding ulang bahwa, ketika tiba disana yang perlu ia lakukan adalah memberi salam dan jangan menangis karena semuanya orang baik dan sayang pada Kakak dan adik. Ia berkaki -kali mengangguk dan paham. 

Sesampainya kami di rumah nenek, sebuah hal yang tak seperti biasanya terjadi, tanpa kusuruh ia memberi salam kepada neneknya, ia sudah dengan mandiri melakukannya, Alhamdulillah. 
Namun, setelahnya ia kembali diam seribu bahasa, tingkah lakunya kikuk dan terlihat sangat pemalu. 
Kucoba menjelaskan pada nenek dan saudara yang lainnya bahwa ia memang butuh waktu adaptasi, nanti jika sudah tepat waktunya maka ia akan dengan mudah bergaul dengan saudara-saudara nya. 
Aku memang sesekali memintanya bergabung dan bermain dengan sepupu-sepupunya saat kudapati ia selalu mengekor kemanapun aku atau abinya pergi, namun tentu saja aku tak memaksanya untuk itu. Toh aku yakin jika sudah waktunya ia akan bergaul tanpa harus aku pinta. 

Hingga keesokan harinya, ia masih tampak malu-malu namun sudah berani berbicara di hadapan nenek, Abah dan bibinya. 
Lama-lama kulihat ia mulai tertarik ikut bermain dengan sepupu nya dan time is begin

Cair semuanya ! Ia sudah bisa beradaptasi, bahkan mengajak bermain sepupunya, mereka bermain bersama. Malah yang kudengar dan ku perhatikan Qonita lah yang paling bawel diantara sepupu-sepupunya. MasyaaAllah Alhamdulillah, ku perhatikan dari kejauhan mereka asyik bermain meski sepupu-sepupunya semuanya laki-laki namun ia sudah pandai bergaul dan berkomunikasi dengan baik dengan mereka. Berbicara, bermain bahkan tertawa mereka lakukan bersama. 
Mungkin itulah sebabnya saat ku ajak pulang malah jawabannya ia enggan pulang. 

Aku yang memperhatikan itu semua kemudian memberitahu pada suamiku. Setelah suamiku ikut bertanya pada Qonita dan jawabannya tetap sama, ia tak mau pulang dulu, maka kami memutuskan untuk menginap lagi. 

Sesekali kupanggil ia di sela-sela keasyikannya bermain dan mengajaknya mengobrol, mengenalkan nama-nama sepupunya. Dan kuberi ia apresiasi dengan mengucapkan 
"Qonita anak pintar , hebat, udah ga malu main sama teman-teman" 

"Aku punya teman-teman Ummi ..hehe." katanya dengan bangga dan tersenyum bahagia. 
MasyaaAllah. 

❤️Tantanganku hari ini 

Adalah menemukan kata-kata atau diksi yang paling jelas, baik dan bisa diterima oleh anak seusia Qonita (3tahun 7bulan) agar ia bisa menangkap apa yang kumaksudkan. 
Mencoba lebih sabar memberinya waktu untuk mengenali lingkungan nya, beradaptasi dengannya tanpa harus memaksanya melakukan hal yang kuinginkan namun belum tentu ia inginkan saat itu. 
Memahamkan orang-orang sekitar dan lingkungan agar paham bahwa Qonita hanya perlu waktu untuk bisa berbaur dengan lingkungannya tanpa malu dan kaku lagi. 

❤️ Poin komunikasi produktif hari ini

-Berusaha menggunakan kalimat yang jelas dalam memberikan penjelasan 
-Mengalihkan perasaan dengan empati 
-Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan 


❤️ Rencanaku esok hari 

InsyaaAllah aku akan lebih mementingkan perasaan anakku, mengalihkan nya dengan empati dibandingkan dengan memaksanya pada suatu hal yang seharusnya tak aku lakukan demi keinginanku sendiri. 
Berusaha untuk tidak mencederai hak dan kebebasan nya memilih untuk bersikap asalkan tidak menyimpang. 
Berusaha sabar untuk memberinya kesempatan memilih bukan memerintah. insyaaAllah. 

❤️Bintangku hari ini

Aku memberikan penghargaan pada diriku sendiri atas keberhasilan komunikasi produktif hari ini dengan bintang yang excellent. 
Bintang 5⭐ ⭐⭐⭐⭐ . Alhamdulillah, ini bintang 5 pertamaku pada tantangan ini, semoga aku tak cepat puas dan justru menjadi motivasi lebih untuk tetap mempertahankannya bahkan bisa lebih baik dari ini, bismillah. 



Fitri Yani Sari
IP Bandung 

#harike-7
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 1 #Kepompong

Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik tentu saja ada tahapan metamorfosis. Dari yang awalnya sebagai telur, ulat, kepompong dan jadilah kupu-kupu.  Di tahap telur aku diajak untuk lebih menyelami diri sendiri. Melihat potensi dan menemukan apa yang menjadi bahagiaku. Di tahap ulat, berbagai makanan dilahap agar tetap menjadi seekor ulat yang sehat dan lincah. Makanan yang dilahap tak sembarangan, harus bergizi dan tentunya sesuai dengan kesukaan.  Tibalah di tahap kepompong. Disini aku diajak untuk lebih percaya kepada diri sendiri. Berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, berproses waktu demi waktu menumbuhkan ,melatih berbagai kekuatan, kemampuan agar kelak sudah siap ketika menjadi seekor kupu-kupu.  Dari beberapa hal yang telah dilahap, dipelajari di tahap ulat aku memilih satu hal yang akan dilatih selama tahap kepompong. Setelah mempertimbangkan strong why dan idikator apa yang akan dicapai akhirnya aku memilih latihan "tidak mudah memarahi anak"...

Sahabat

Sahabat, Kadang aku terenyuh dengan kata sahabat, bukan karena aku miliki banyak sahabat atau aku punya sahabat yang begitu istimewa. Namun aku terenyuh dengan kata sahabat karena berbagai pengalaman yang aku temui dengan sosok bersama sahabat. Betapa tidak, banyak hal yang aku alami dengan banyak sahabat yang berbeda pula. Dari mulai aku beranjak di sekolah dasar hingga saat ini. Dengan berbagai cerita yang tak hentinya menuai pengalaman menarik untuk diingat bahkan menarik pula untuk segera dilupakan. Saat ini aku mengenal seseorang, tak perlu lah aku katakan siapa dia. Entah bisa aku bilang dia sahabat, teman, atau mungkin rekan kerja. Sebutan yang sebetulnya tak perlu pula aku pikirkan. Yang ku tahu bahwa kita berteman, itu saja. Uniknya, ini adalah pengalaman baruku bertemu dengan seorang teman yang “berbeda” denganku. Banyak hal yang berbeda diantara kita, bahkan urusan keyakinan. Tapi banyak pula kesamaan pandangan global bahkan untuk hal yang detail yang sebetuln...