Langsung ke konten utama

Bola-bola Coklat

Zona 3 

Cerdas Emosi dan Spiritual 

Hari ke 6

Bola-bola Coklat


🌸Rencana 

Hari ini, pagi setelah makan pagi aku dan anak-anak quality time dengan membaca salah satu buku yang di dalamnya terdapat berbagai ide bermain. Namun, fokus si Kakak tiba-tiba teralihkan ke halaman belakang buku yang memuat resep membuat kue sederhana "Bola-bola Coklat". Ia bertanya banyak sambil kubacakan dan sudah kuduga ia mengajakku untuk mencoba membuatnya. Saat kubacakan memang resep dan cara membuatnya cukup mudah dilakukan oleh anak-anak. Aku pun menyetujuinya karena kebetulan juga bahan-bahannya sudah tersedia di rumah kecuali biskuit. 

❤️ Planner : Kaka Qonita 
❤️ Penanggung jawab : Abi
❤️ Pelaksana : Kaka Qonita & Maryam 
❤️ Logistik : Ummi 
❤️ Teman Belajar : Ummi 

📆 Hari : Selasa, 03 November 2020
⏲️ Pukul : Sebelum Dzuhur
🌄 Tempat : di Dapur rumah

📕Logistik 
√ Biskuit Oreo 
√ Susu UHT 
√ Ceres 
√ Ulekan
√ Plastik untuk tangan
√ Wadah 
√ Piring 
√ Sendok
√ Lap untuk membersihkan area setelah selesai

🌸Aktual dan Kendala 


Setelah berdiskusi dengan Kaka Qonita kami menyetujui keinginannnya untuk membuat kue bola-bola coklat, namun kuberi tahu bahwa bahan yang belum tersedia adalah biskuit Oreo. Ia pun berinisiatif untuk membelinya di warung dekat rumah. Lalu aku pun mencoba menantangnya untuk pergi ke warung sendiri dan membeli Oreo sendiri. Ku coba beritahu bagaimana kata-kata saat ia pergi membeli Oreo ke warung, kuberi tahu ia juga agar ia memberikan uangnya kepada pemilik warung saat proses membeli dan meminta kembalian karena kebetulan uang yang ia bawa adalah uang yang membutuhkan kembalian. 
Ia pun bersemangat hendak belajar membeli sesuatu sendiri, yang kemudian mengambil jilbab dan memakainya sendiri. "Ummi lihatin aku ya," katanya. 
Ia memintaku menunggunya di depan pintu dan memperhatikannya pergi ke warung yang jaraknya hanya sekitar 5 langkah dari rumah. Kali ini aku benar-benar ingin mengetes keberaniannya. 
Aku menunggu bersama Maryam di depan pintu sementara ia sudah mulai melangkah ke warung namun langkahnya terhenti, aku tahu ia ragu tapi coba kuberi semangat lagi. Namun lagi-lagi terhenti dan kembali padaku, 
"Ummi atuh gimana " lagi-lagi ia bertanya, kucoba kembali menjelaskan bagaimana caranya membeli sesuatu ke warung. 
"Baik Ummi.." katanya kemudian dan kembali berjalan ke arah warung namun lagi-lagi langkahnga terhenti dengan alasan ada kucing, karena memang kulihat sendiri ada seekor kucing hitam di sekitar warung dan ia takut. Ia menunggu sampai kucing pergi dan kembali berjalan perlahan memperhatikan sekitar dan mulai melangkah masuk, eh lagi-lagi ia berbalik arah.
"Ummi tunggu aku ya, " ia berteriak padaku. Aku yang masih setia menunggu kemudian mengangguk dan menjawab "iya". Kuperhatikan ia mulai masuk ke dalam dan sudah tak terlihat dari pandanganku sekarang giliranku yang penasaran apa yang akan ia ucapkan pada pemilik warung. Apakah ia beranjak berbicara atau malah diam, namun tiba-tiba Abinya datang dan berkata akan menyusul nya dan menemaninya dari belakang. Lumayan lama aku menunggu mereka kembali dari warung, dan akhirnya mereka kembali. 
Kutanyakan pada Abinya bagaimana ia setelah di warung dan ternyata ia hanya diam, tak berbicara apapun pada pemilik warung. Malu ! Ya, aku tahu itu ia pasti masih malu melakukannya namun aku sangat menghargai usahanya bisa masuk warung sendiri tanpa ditemani adalah usaha yang cukup baik dalam keberaniannya. Aku pun memujinya pintar dan berani. 
Proses pembuatan kue bola-bola coklat pun dimulai setelah anak-anak menghabiskan es susu yang mereka beli saat ke warung tadi. Aku mempersiapkan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan dan mengarahkan Kaka Qonita untuk memulai menumbuk Oreo dengan ulekan, ia menurutinya dan melakukannya dengan baik, kemudian kubantu ia menuangkan susu UHT sementara ia mengisinya dengan sendok. 
Adonan kue pun telah siap dibentuk bola dan kuberi contoh sekali saja untuk membuat bola-bola dengan tangan yang sudah dibungkus plastik lalu Kaka Qonita melakukannya sendiri. Yang kemudian diikuti juga oleh adiknya Maryam. Mereka melakukannya sampai adonan habis lalu kemudian membalut bola-bola yang sudah dengan Ceres coklat. Alhamdulillah proses pembuatan bola-bola coklat pun selesai dan yang pertama tak sabar ingin melahapnya adalah adik Maryam. Ia menguasai piring yang berisi kue bola-bola coklatnya sendiri sementara Kakanya membersihkan dan membereskan area dapur yang kotor bekas proses pembuatan kue tadi. MasyaaAllah. 

🌸Refleksi 
  1. Memilih rencana sesuai keinginan anak akan membuatnya antusias dan bersemangat melakukan kegiatannya.
  2. Walupun proses melatih keberanian dan kemandiriannya saat membeli sesuatu ke warung belum sepenuhnya berhasil tapi usahanya pergi sendiri ke warung sudah cukup baik dan perlu diapresiasi sekecil apapun meski hanya sebatas ucapan pintar, hebat dan kata-kata motivasi lainnya. 
  3. Membiarkannya melakukan sendiri proses pembuatan kue nya akan melatihnya berkembang dan bereksplorasi sehingga bangga terhadap hasil karyanya sendiri. 
  4. Turut serta melibatkan adiknya, Maryam tak selalu membuat kegaduhan namun justru malah membuatnya semakin kondusif karena ia merasa terlibat di dalamnya dan juga ingin belajar bersama. Alhamdulillah MasyaaAllah 

🌸Capaian Keberhasilan 


Alhamdulillah pencapaian keberhasilan atas fampro hari ini adalah 90% dan kami semua senang melakukannya. 

#harike6
#tantangan15hari
#zona3cerdasemosidanspiritual
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#familyproject
#sahabatterbaik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 1 #Kepompong

Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik tentu saja ada tahapan metamorfosis. Dari yang awalnya sebagai telur, ulat, kepompong dan jadilah kupu-kupu.  Di tahap telur aku diajak untuk lebih menyelami diri sendiri. Melihat potensi dan menemukan apa yang menjadi bahagiaku. Di tahap ulat, berbagai makanan dilahap agar tetap menjadi seekor ulat yang sehat dan lincah. Makanan yang dilahap tak sembarangan, harus bergizi dan tentunya sesuai dengan kesukaan.  Tibalah di tahap kepompong. Disini aku diajak untuk lebih percaya kepada diri sendiri. Berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, berproses waktu demi waktu menumbuhkan ,melatih berbagai kekuatan, kemampuan agar kelak sudah siap ketika menjadi seekor kupu-kupu.  Dari beberapa hal yang telah dilahap, dipelajari di tahap ulat aku memilih satu hal yang akan dilatih selama tahap kepompong. Setelah mempertimbangkan strong why dan idikator apa yang akan dicapai akhirnya aku memilih latihan "tidak mudah memarahi anak"...

Sahabat

Sahabat, Kadang aku terenyuh dengan kata sahabat, bukan karena aku miliki banyak sahabat atau aku punya sahabat yang begitu istimewa. Namun aku terenyuh dengan kata sahabat karena berbagai pengalaman yang aku temui dengan sosok bersama sahabat. Betapa tidak, banyak hal yang aku alami dengan banyak sahabat yang berbeda pula. Dari mulai aku beranjak di sekolah dasar hingga saat ini. Dengan berbagai cerita yang tak hentinya menuai pengalaman menarik untuk diingat bahkan menarik pula untuk segera dilupakan. Saat ini aku mengenal seseorang, tak perlu lah aku katakan siapa dia. Entah bisa aku bilang dia sahabat, teman, atau mungkin rekan kerja. Sebutan yang sebetulnya tak perlu pula aku pikirkan. Yang ku tahu bahwa kita berteman, itu saja. Uniknya, ini adalah pengalaman baruku bertemu dengan seorang teman yang “berbeda” denganku. Banyak hal yang berbeda diantara kita, bahkan urusan keyakinan. Tapi banyak pula kesamaan pandangan global bahkan untuk hal yang detail yang sebetuln...