Langsung ke konten utama

Connecting The Dots



Misi ke 7 


Connecting The Dots 

Seperti apa aku ini ? 

Seketika aku bercermin, memandang sesosok wajah disana. Mulai merenung dan menjabarkan tentang siapa aku dan seperti apa aku ini. Sebagaimana pada tulisan yang pernah ku buat di tahun 2015 ( http://fitrianisari24.blogspot.com/2015/08/siapa-aku.html?m=0 

Masih sama seperti saat ini, Aku adalah seorang anak dari kedua orang tuaku.
Aku terlahir dari seorang ibu yang luar biasa, sosok perempuan hebat yang kumiliki. Dan sebagai seorang anak dari sosok bapak -rahimahullah- yang juga hebat dan luar biasa. Seperti apa aku saat ini adalah sebuah ketidak mungkinan tanpa mereka. 

Aku masih ingat saat itu, saat anak-anak lain berbohong kepada orang tuanya telah melaksanakan solat padahal belum, aku si kecil yang selalu ingin tahu banyak hal.
 "Mah, kenapa ko dia ga solat tapi bilang udah solat sama mamah nya? ". 
" Ga apa-apa Fit, biarin aja yang penting kamu ga boleh kaya gitu. Kalau kamu bilang udah solat ya berarti memang udah solat "
Si kecil polos seperti aku hanya manggut-manggut tanda mengerti. Dan baru kusadari itulah cara mendidik sikap jujur. 

Aku juga masih merekam dalam memori saat aku belajar berpuasa ketika lagi-lagi kulihat yang lain banjir hadiah dari orang tua nya, 
"Mah, kenapa mereka ko kalo bisa tamat puasa dikasih banyak hadiah, bisa minta ini itu ? Ko aku engga". 
Lagi-lagi Mamah menjawab, "Belajar puasa itu jangan mengharapkan hadiah tapi mengharap pahala dari Allah. " 
Aku pun sok mengerti, dan ku menyadari sekarang itulah didikan untuk jangan pamrih terhadap sesuatu. 

Pun ketika Mamah dan Bapak mengajarkan aku untuk tak manja, segala sesuatu yang aku bisa lakukan sendiri ya lakukan ! Itulah didikan mandiri.

Ketika Mamah mengajarkanku untuk mengerjakan PRku sendiri tanpa bantuan kecuali hanya sekedar meminta cara atau saran aku patuh padanya. Aku menyadarinya sekarang sebagai ajaran untuk bertanggung jawab.

Saat Bapak berusaha mengayuh sepeda memboncengiku berangkat dan pulang sekolah meski dengan peluh membasahi wajah dan aku tahu beliau lelah namun tetap tersenyum agar aku senang bisa dibonceng sepeda, aku tahu inilah didikan sabar dan pantang menyerah.

Bahkan aku selalu sok sok ikut kegiatan bapak dengan dalih "Sama aku aja Pak, aku bisa kok". 
Meskipun Bapak selalu bilang "Kamu gaakan bisa" 
Si kecil penuh rasa ingin tahu dan selalu merasa dirinya bisa padahal sebenernya dia hanya ingin dirinya dilibatkan dalam proses apapun dan bisa mempelajari apapun dari apa yang bisa ia lihat dan temui. 

Yaa akulah si kecil itu, dan semua itu tak jauh beda dengan aku saat ini. Meski gelarku sekarang berbeda, yang awalnya hanyalah "sosok kecil" kini aku bergelar "si dewasa yang punya anak kecil". 

Bagaimana aku saat ini adalah bagaimana aku di masa lalu saat aku masih menjadi sosok kecil polos dengan gelas kosong yang terisi oleh aliran-aliran cinta berbagai didikan dan ajaran orang tuaku. 
Kini, aku banyak menyadari bahwa semua itu adalah hal-hal yang begitu mempengaruhi kepribadianku saat ini. 
Namun, tantangan memang berbeda dan tak sama. 
Ketika jujur begitu mudah dilakukan saat kecil dulu, saat ini jujur adalah hal yang bisa mudah dan bisa saja sebaliknya, terlebih jujur kepada diri sendiri yang terkadang sering sekali sulit. Contoh kecilnya mungkin saat aku rindu pada sosok suami, aku tak pernah jujur pada diri sendiri dan malah berusaha menutupinya dengan banyak cara. Kelemahannya muncul disitu yaitu jaim. 
Tantangan kemandirian, ohh tentu saja berubah saat ini, tidak hanya sekedar makan dan mandi sendiri tapi aku saat ini benar-benar harus mandiri mengurus semuanya dengan dua anak-anak hebat tanpa suami (LDM) dan tanpa bantuan lain. Maka dari itu rasa mengeluh kadang datang menghinggapi saat berada pada fase terjatuh dan ingin istirahat sejenak.
Bertanggung jawab bukan perkara mudah saat ini, aku telah menjadi sosok istri dan ibu. Tanggung jawabku bukan hanya sekedar untuk diriku sendiri, tapi untuk mereka. Terlebih untuk anak-anaku. 
Pantang menyerah, rasa ingin tahu, selalu ingin belajar, mencoba hal baru, suka tantangan dan keras kepala pun mempunyai andil besar yang mendeskripsikan tentang siapa dan seperti apa aku saat ini. Introvert, perasa, baperan, dan mungkin kadang pelupa juga adalah hal yang menjadi ciri khas diriku. 

Apa yang membuatku unik ? 

Unik...
Ya itulah sebutan suami padaku, kata beliau aku itu perempuan yang unik. 
Katanya aku adalah tipe istri yang jika ingin sesuatu harus pake kode. (Hemm iya juga sih, karena jaim aja kalo langsung minta). 
Katanya aku adalah tipe yang sulit berkata cinta, sayang atau semacamnya. (Yes itupun memang aku tak pandai). 
Katanya aku adalah tipe yang susah ditebak (Yakali karena aku bukan TTS atau permainan tebak-tebakan) 

Kurang lebih begitu sisi unik dari pandangan suami. Yang kurang lebih memang kembali mendeskripsikan keunikanku tersendiri. Tapi sebenarnya ada keunikan yang tak ia tahu. 

Aku adalah sosok yang bisa menyayangi dan mencintai dengan atau tanpa diminta, dengan atau tanpa bertutur kata cinta namun mengalir bagai air dan justru bagiku refleksi rasa cinta dan sayang adalah tak hanya lewat kata-kata tapi lewat perbuatan. 
Misalkan saja dengan ngomel-ngomel atau bawel itu adalah caraku menunjukkan bahwa aku adalah orang yang peduli dan menyayangi. 
Dengan berusaha membuat rumah rapi adalah caraku membuat semua orang nyaman di rumah. 
Dengan berusaha belajar banyak hal adalah caraku mencintai dan menyayangi orang-orang di sekitarku agar bisa mendapatkan refleksi akhlak mulia dari sosok sepertiku.
Terkadang aku pelupa tapi tidak pernah lupa untuk 'janji-janji', terlebih janji suami padaku. Hal sekecil dan sedetail apapun aku akan ingat jika itu belum terealisasi. 
Bisa dibilang Introvert bagi yang baru mengenal padahal justru bisa hangat jika sudah mengenal lebih dalam.


Nilai-nilai apa yang kumiliki ? 

Balik lagi ke awal tentang pertanyaan seperti apa diriku dan keunikanku, maka semangat untuk terus belajar dan mempertahankan kepribadian positif dalam diri serta berusaha meminimalisir kepribadian negatifnya adalah caraku untuk menjadikan diri lebih bernilai. 
Nilai disini adalah selalu semangat untuk belajar menjadi lebih baik meski kadang terjatuh maka harus bangkit, meski kadang lelah maka istirahat sejenak untuk kembali meneruskan perjalanan. 

Apa yang aku perjuangkan ? 

Yang diperjuangkan adalah Ridho Allah, bisa mencintai Allah dengan sebaik-baik cinta. Benar-benar hidup dengan petunjuk Nya, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Meski pasti tak mudah. 
Dan semua itu direfleksikan dengan banyak hal dalam kehidupan, menjadi lebih baik secara pribadi, lebih baik dalam hal habluminallah wa habluminannas, lebih baik dalam peran menjadi seorang perempuan, seorang istri, dan seorang ibu. 

Apa kesamaanku dengan institut ibu profesional ? 

Ibu profesional adalah salah satu wadah bagiku untuk kembali merefleksikan tentang seperti apa diriku dan keunikanku serta nilai-nilai yang kumiliki menjadi berbagai hal yang bermanfaat, karena ternyata sebagian besar tentang diriku adalah sama dengan karakter ibu profesional.

Ibu profesional adalah salah satu wadah bagiku dan perempuan-perempuan pembelajar yang di dalamnya terdapat berbagai pembelajaran sesuai dengan fitrah seorang perempuan yang ingin memperbaiki diri dengan perannya, yang tujuan akhirnya sama yaitu menjadi pribadi yang lebih baik dan berkualitas, berakhlak mulia hingga mencapai ridho Allah sebagai finalnya. 

Setelah semua terjawab akhirnya aku bisa menarik garis, menghubungkan titik-titik pada misi kali ini dan membentuk sebuah piramida dengan titik final kesamaan diriku dengan institut ibu profesional. Alhamdulillah. 

Fitri Yani Sari 
IP Bandung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 1 #Kepompong

Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik tentu saja ada tahapan metamorfosis. Dari yang awalnya sebagai telur, ulat, kepompong dan jadilah kupu-kupu.  Di tahap telur aku diajak untuk lebih menyelami diri sendiri. Melihat potensi dan menemukan apa yang menjadi bahagiaku. Di tahap ulat, berbagai makanan dilahap agar tetap menjadi seekor ulat yang sehat dan lincah. Makanan yang dilahap tak sembarangan, harus bergizi dan tentunya sesuai dengan kesukaan.  Tibalah di tahap kepompong. Disini aku diajak untuk lebih percaya kepada diri sendiri. Berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, berproses waktu demi waktu menumbuhkan ,melatih berbagai kekuatan, kemampuan agar kelak sudah siap ketika menjadi seekor kupu-kupu.  Dari beberapa hal yang telah dilahap, dipelajari di tahap ulat aku memilih satu hal yang akan dilatih selama tahap kepompong. Setelah mempertimbangkan strong why dan idikator apa yang akan dicapai akhirnya aku memilih latihan "tidak mudah memarahi anak"...

Sahabat

Sahabat, Kadang aku terenyuh dengan kata sahabat, bukan karena aku miliki banyak sahabat atau aku punya sahabat yang begitu istimewa. Namun aku terenyuh dengan kata sahabat karena berbagai pengalaman yang aku temui dengan sosok bersama sahabat. Betapa tidak, banyak hal yang aku alami dengan banyak sahabat yang berbeda pula. Dari mulai aku beranjak di sekolah dasar hingga saat ini. Dengan berbagai cerita yang tak hentinya menuai pengalaman menarik untuk diingat bahkan menarik pula untuk segera dilupakan. Saat ini aku mengenal seseorang, tak perlu lah aku katakan siapa dia. Entah bisa aku bilang dia sahabat, teman, atau mungkin rekan kerja. Sebutan yang sebetulnya tak perlu pula aku pikirkan. Yang ku tahu bahwa kita berteman, itu saja. Uniknya, ini adalah pengalaman baruku bertemu dengan seorang teman yang “berbeda” denganku. Banyak hal yang berbeda diantara kita, bahkan urusan keyakinan. Tapi banyak pula kesamaan pandangan global bahkan untuk hal yang detail yang sebetuln...