April 2016 Aku berada pada suatu masa yang kala itu berbagai rasa berkecamuk dalam diam dan hanya terucap lirih dalam doa. Berbagai tanya menyembul berderet tak karuan seperti kawanan semut yang tak sengaja tersentuh. Benarkah pilihan ini? Mengapa ? Bagaimana ? Bisakah ? Siap-kah ? Dan berderet tanya yang tak usai dalam waktu sekejap mata. Hingga pada suatu masa aku memutuskan untuk menjalani setiap skenario-Nya yang ada. Mencoba berserah dengan segala ketidakberdayaanku sebagai seorang hamba yang ingin menyempurnakan separuh ad-din. Rasa bergejolak itu perlahan berubah menjadi rasa harap. Tentu saja harap yang sebaik-baik harap adalah kepada Allah. Berharap berbagai pilihan yang kubuat dengan melibatkanNya dalam setiap keputusan adalah hal terbaik dalam pilihan hidupku. Aku tak tahu bagaimana dia nanti saat bersamaku. Aku tak tahu bagaimana nanti menjalani kehidupan berdua dengan terpisah jarak dan waktu karena memutuskan untuk hidup dengannya adalah berarti ...
Setiap diri kita adalah pejuang kemenangan. Kemenangan dalam hal berdamai dengan diri sendiri, kemenangan dalam berdamai dengan masa lalu, dalam keadaan saat ini, serta kemenangan menjalankan peran sebagai seorang istri, ibu dan seorang wanita yang senantiasa menjalankan titahNya, namun. "Kemenangan itu manja, ia tak bisa datang dengan sendirinya. Tapi ia bisa dijemput dengan penuh asa dan harap,mata yang berbinar berpandangan ke depan,derap langkah yang berkobar semangat dan doa yang tak lelah"