Langsung ke konten utama

Matahari dan Aku

Sumber pic : pngtree


Pagi ini sendu, matahari sepertinya malu-malu untuk menampakkan dirinya. Udara yang cukup sejuk bahkan dingin bagi sebagian orang membuat ingin kembali menarik selimut dan kembali terlelap dalam dekapan mimpi. 

Tapi tidak! Itu hanyalah angan-angan saja. Karena nyatanya pagi-pagi adalah waktu dimana seluruh kesibukan ada disana. Raga harus berpacu dengan waktu. Inginnya A B C berbagai tugas keseharian bisa selesai dalam waktu cepat dan juga bersamaan. 

Akan tetapi apa daya, seorang wanita bergelar istri dan ibu sepertiku pun hanyalah manusia biasa. Bukanlah seorang wonder woman. 

Maka sudah menjadi hal wajar ketika kaki, tangan atau bahkan seluruh badan merasakan penat dan lelah. 

Bukan pula aku mengeluh. 

Aku hanya bercerita tentang diriku dan pagiku saja hari ini. 

Memasuki waktu siang, kulirik ke luar melalui jendela rumah, matahari masih enggan berbagi sinarnya dengan leluasa. Masih malu-malu bersembunyi. 

Aku berpikir mungkin ia seperti aku juga yang malu dan merasa tak punya keberanian untuk sekedar berbicara pada diriku sendiri bahwa aku saat ini sedang tidak baik-baik saja. 

Ragaku lelah, jiwaku pun gundah. 

Entah apa yang terjadi, tetapi aku merasa seperti bukan menjadi diriku sendiri. Rasanya berbagai hal bergejolak di dada tanpa bisa aku ungkapkan. 

Jiwaku sepertinya ingin menangis, tetapi sosok lain dalam diriku berkata "Jangan ! Kamu harus kuat!". 

Ah, betapa pengecutnya diriku saat ini, aku tak bisa jujur dengan diriku sendiri. Apa yang aku rasakan tak bisa aku ungkapkan. Hanya menyisakan gejolak-gejolak yang pada akhirnya membuatku seperti seorang mayat hidup. Melakukan ini dan itu akan tetapi tak ada rasa di dalamnya. 

Jiwaku sibuk, ramai dan berceloteh di dalam sana. Sibuk dalam menerka-nerka perasaaan, sibuk dalam mencari cara agar bisa keluar dari situasi seperti ini serta sibuk dengan berbagai pendaman-pendaman rasa dan luka ! 

Luka? 

Ah, ya apakah aku sedang terluka saat ini? 

Apakah ini yang membuatku beberapa waktu terakhir menjadi asing dengan diriku sendiri. Apakah aku sekarang sedang terluka dan rasanya perih sekali hingga jiwaku lelah dan ingin menangis? 

Tiba-tiba kulihat ada secercah cahaya masuk dari luar jendela menuju tempat dimana aku sedang berceloteh dengan diriku ini. 

Matahari ☀️, aku melihat cahayanya memantul dari luar sana. Dia terlihat ingin segera muncul dari tempat persembunyiannya, menebarkan cahaya-cahaya hangatnya.

Tapi ternyata hanya sekejap saja, ia pun kembali bersembunyi bersamaan dengan datangnya awan mendung yang membawa titik-titik air hujan pada semesta.

Aku pun merasakan titik-titik air mulai turun membasahi kedua pipiku. Ku seka dengan tangan, ini bukan titik hujan di luar sana, ternyata ini titik-titik air mata yang selama ini kucoba bendung yang akhirnya jatuh juga perlahan. 



Margaasih, 9 Feb 2022 

Fitri Yani Sari - Ummu Qonita & Ghaziya


#klip

#harikedua

#9feb2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 27 #Kepompong