Langsung ke konten utama

DIY Cardboard Bookshelves

Berawal dari merasa bosan atau mungkin lebih tepatnya lelah ketika lagi-lagi mendapati buku anak-anak yang tersebar di seluruh penjuru ruangan (eits jangan bayangkan ruangan-ruangan yang besar ala-ala Sulthan loh ya, hehe karena tempat tinggal kami adalah sebuah rumah kontrakan yang hanya terdiri dari beberapa petak ruangan saja). 

Anak-anak sebenarnya sudah bahkan sering sekali di training agar ketika mengambil buku mereka maka simpan kembali dengan rapi di tempatnya atau di lemari buku sebelum mengambil buku yang lain. Akan tetapi tentu saja ini hanya berlaku sehari dua hari saja yang berhasil. Alhasil terkadang setelah membaca buku di kamar sebelum tidur, buku disimpan di atas lemari di kamar hingga bertumpuk-tumpuk. Saat membaca buku di ruang lain juga lagi-lagi buku tetap berada disitu. Bahkan bisa-bisa lemari buku yang seharusnya berjejer rapi buku-buku disana menjadi kosong tak berpenghuni hanya bersisa buku-buku milikku saja. Hemm. 

Awalnya memang kupikir dengan lemari buku pada umumnya ini bisa lebih enak dipandang, maka dari itu ketika memutuskan untuk membeli lemari buku pilihanku jatuh pada lemari buku yang standar dengan empat sekat keatas. Buku yang disimpan ala-ala perpustakaan. Ya, bagiku itulah definisi menyimpan buku dengan rapi. 

Namun, ternyata tidak dengan anak-anak. Seringkali mereka memang mudah mengambil buku dengan posisi tersebut, akan tetapi mereka kesulitan untuk menyimpan kembali pada posisi semula. 

Hingga akhirnya aku berpikir untuk memiliki bookshelf. Tentu saja dengan harapan anak-anak bisa dengan mudab mengambil dan menyimpan buku secara rapi dan konsisten. 

Sudah lama aku menginginkan bookshelf ini, qodarullah memang belum ada budget untuk membelinya.

Akhirnya, biidznillah tercetuslah ide untuk membuat DIY Cardboard Bookshelf. Dengan memanfatkan kardus bekas mesin cuci yang ada di rumah, kurasa kita bisa membuatnya. 

Kusampaikan ide ini kepada suami. Selain meminta persetujuan tentu saja meminta pertolongan. 

Alhamdulillah beliau menyetujui dan mencoba membuatnya. 

Bahan-bahannya pun tak banyak : 


1. Keinginan dan niat

2. Kardus bekas (lebih baik yang agak tebal)

3. Lem tembak 

4. Alat tulis dan penggaris

5. Cutter atau gunting


Dan Alhamdulillah jadilah satu buah bookshelf mini buatan suami. Sementara aku hanya menjadi si pengonsep saja. 

Setelah satu bookshelf selesai, kami mencoba menyusun buku demi buku ke dalamnya. 

Kelihatannya memang akan memudahkan anak-anak untuk konsisten mengambil dan menyimpan buku. Buku-buku pun bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai tema buku. 

Akan tetapi, satu bookshelf ternyata tak cukup untuk semua buku anak-anak. Terkesan banyak tumpukan dan kami khawatir tidak akan kuat menahan beban buku-bukunya. 

Tercetuslah kembali sebuah ide untuk membuat bookshelf tambahan. Kali ini suamiku yang berinisiatif. Beliau berjanji InsyaaAllah akan membuatnya keesokan harinya. Bahan-bahan pun memang masih ada kecuali isi lem tembak yang harus kami beli kembali. 

Esoknya, setelah membeli refil lem tembak. Suami pun memulai eksekusi pembuatan bookshelf kedua dengan catatan dariku agar yang kedua ini lebih lebar dari yang pertama agar bisa muat lebih banyak. Beliau bejibaku sendirian sementara aku menemani anak-anak bermain dan belajar kemudiab mencoba memberi warna bookshelf yang pertama dengan cat acrylic. Mereka mewarnai dengan riang dan sesekali ada saja yang membuat mereka berebut. Berebut cat ataupun hal lain yang membuat huru-hara ketika proses pengecatan.

Setelah bejibaku sendirian, direcoki suara anak-anak yang asyik mengecat dengan huru-hara di dalamnya dan aku juga yang tak kalah recok memastikan anak-anak aman dari huru-hara rebutan kakak-beradik, Alhamdulillah selesai juga rak buku yang kedua. 



Dan inilah hasilnya. Meskipun masih banyak kekurangan dan tak seperti bookshelf betulan yang dijual di pasaran akan tetapi Alhamdulillah punya kami pun bisa bermanfaat sesuai harapan. 

Rak buku, tempat penyimpanan buku agar lebih rapi dan mudah diambil dan disimpan kembali oleh anak-anak. 


Jika bisa membuatnya sendiri, mengapa tidak dicoba? 

Yuk manfaatkan barang bekas menjadi lebih berguna dengan sedikit kreatifitas. 


Salam DIY 


Fitri Yani Sari - Ummu Qonita & Ghaziya


#klip

#haripertama

#8feb2022

#diycardboardbookshelf

#diycardboardbookshelves

#diybookshelf

#diybookshelves

#rakbuku


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Hari 27 #Kepompong