Langsung ke konten utama

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama. 

Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia. 

Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat. 

Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku. 

Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur. 


Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit. 

Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat. 

Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti aku harus muntah-muntah dahulu sampai semua yang ada dalam perutku keluar semua. Betapa menyedihkan diriku saat itu. Ah, aku sudah tidak bisa mengeluh. 

9 bulan lamanya aku jalani, awal-awal aku memang merasa sangat shock atau jetlag dengan keadaan kehamilanku yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. 

Jika aku melihat orang lain hamil, mereka masih bisa beraktifitas kesana kemari dan dengan lincahnya tanpa ada hambatan apapun. Tanpa harus muntah-muntah sepanjang hari dan sulit sekali ada makanan yang masuk mulut jika tidak dipaksakan  Yang terlihat hanya perut mereka yang lebjb besar dari orang pada umumnya. 

Tapi tidak denganku, akh memulai kehamilanku dengan penuh perjuangan. 

Awalnya aku tak tahu, mengapa air liurku menjadi seakan bertambah banyak tiap waktu, hingga perutku rasanya seperti masam dan tak enak. Muntah-muntah adalah hal yang sudah menjadi kebiasaanku di setiap hari setiap aku memasuki kamar mandi. Tapi, rutinitas mengeluarkan air liur yang banyak ini lebih parah lagi, dia hampis setiap waktu. Sehingga rasanya aku lelah bolak-balik ke kamar mandi untuk sekedar membuang air liurku yang berlebihan. 

Semua itu terjadi dari awal kehamilan hingga saat akan melahirkan pun demikian. 

Bukan aku tak memeriksakan diri ke dokter, malah setiap kunjungan ke SpOG aku selalu lonsuktasikan hal ini. Tapi dokter bilang, ini hanya bawaan bayi. Dokter pun menyarankanku untuk sering mengemut permen untuk menghilangkan rasa mual dan meminimalisir air liur keluar. 

Sudah kucoba lakukan, alhasil stok permen berbungkus-bungkus pun habis dalam sekejap. Tapi hasilnya tetap nihil, malah akh tamban mual dan air liur pun tak berhenti. 

Dan aku merasa lelah jika harus bolak-balik ke kamar mandi membuang air liur, jadi kuakali dengan tidak membuka mulutku saja selama beberapa waktu dampak dirasa sudah penuh baru aku ke kamar mandi.

Tapj ternyata, hal itu juga sangat membuatku lelah. 



To be continue 


#klip

#hariketiga

#10feb2022



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Hari 27 #Kepompong