Langsung ke konten utama

Hari 4 #Kepompong


Hari ini hari keempat latihan tidak memarahi anak. . Dan juga bertepatan hari terakhir Kakak belajar online di bulan Maret. Lalu, karena kami sedang berada di rumah neneknya (orang tuaku) ia sulit sekali dikondisikan untuk tepat waktu belajar online. Di rumah neneknya adalah kesempatan bagi dia untuk menonton televisi, kafen memang di tempat kami tinggal aku sepakat untuk tidak menggunakan televisi. Alasannya tentu saja untuk kebaikan, salah satunya agar anak-anak tak terbiasa dengan screen time dan lebih semangat untuk menghafal Al Qur'an. Tapi di rumah nenek inilah kesempatan bagi mereka. Aku memang membolehkan mereka untuk menonton selama di rumah neneknya akan tetapi tetap dengan waktu yang ditentukan tak bebas sesukanya. 

Hemm, tapi diluar ekspektasi sepertinya Kakak malah keenakan menonton bahkan ketika waktu sudah harus mulai belaja online. Akhirnya dengan tegas aku mematikan televisi. Meminta ia bersiap. Ya, ia memang bersiap duduk di depan meja dan memulai belajar online nya bersama Ustadzah kesayangannya. Tapi diluar ekspektasi juga ia malah banyak tingkah, layar zoom tempat materi yang dibagikan ia coba corat-coret. Aku sudah berusaha mengingatkannya untuk tidak melakukannya tapi lagi-lagi ia melakukannya. Tak cukup disitu, ia mengambil barang-barang milik Bibinya yang ada di meja tempat ia belajar kemudian mengetuk-ngetuknya hingga bersuara, membuat penjelasan Ustadzahnya menjadi samar terdengar. Padahal sudah kuminta untuk duduk mendengarkan dengan tenang dan serius. Lagi-lagi kucoba ingatkan. 

Tibalah giliran mengaji iqro dan kupikir akan setoran hafalan Al Qur'an. Giliran pertama bukan pada dirinya melainkan temannya. Sambil menunggu giliran kucoba ajak Kakak untuk murojaah sebentar hafalannya. Dan betapa kagetnya diriku saat kuminta murojaah ia lupa dengan surat apa yang sedang ia hafal begitupun ayat pertamanya. Ya aku tak memberi tahunya tapi aku coba membuat dia ingat. Tapi sepertinya ia tak kunjung ingat. Aku sudah mencoba bersabar menunggu. Lalu kuputuskan untuk mendengar murojaah Kakak darj surat yang lain, surat apa saja yang ia hafal. 

Kemudian ia mengingat-ingat dan kembali ja berkata "lupa lagi Mi..". 

Ah, disini aku sudah merasa kehilangan kesabaran. Betapa kecewanya diriku mendengar apa-apa yang telah ia hafal bisa lupa begitu saja. Kupikir ini akibat dari screen time televisi yang terlalu lama. Inilah sebabnya aku tak membiarkan ada televisi di rumah. Karena sedikit banyak ia akan menyita memorinya. Membuat ia menjadi kesulitan dalam belajar dalam menghafal bahkan bisa dengan mudah kehilangan hafalannya. Aku begitu kecewa saat itu, aku marah. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 27 #Kepompong