Langsung ke konten utama

Surat Kecil Untuk Ayah



Surat Kecil Untuk Ayah

Teruntuk ayah yang jauh disisi-Nya..
Begitu sakit rasanya ketika beribu-ribu
Bahkan berjuta-juta rasa rindu ini bergejolak dalam asa ku
Menari nari dalam setiap kedipan kelopak mataku
Terngiang dalam setiap alunan suara yang kudengar
Terasa dalam setiap denyut nadiku
Terhirup dalam setiap helaan nafasku

Teruntuk ayah yang selalu aku cintai..
Sepi rasanya saat dirimu tak lagi ada disampingku
Ketika aku tak dapat menatap mata teduhmu lagi
Ketika aku tak dapat mendengar suara bijakmu
Ketika aku tak dapat mencium tanganmu
Ketika aku tak dapat bersua denganmu
Ketika aku tak lagi dapat bermain bersama mimpi denganmu
Ketika aku tak dapat belajar apapun darimu !

Teruntuk ayah yang selalu aku banggakan..
Tak kan ada lagi sosok ayah sepertimu
Sosok yang begitu mempesona
dengan balutan hati, perasaan dan sikapmu yang begitu menawan !
Hadirmu dan tempatmu takkan pernah tergantikan
Tak kan kubiarkan sosok lain merenggut apapun yang telah kau jalin
Tak kan pernah !

Teruntuk ayah yang selalu menginginkanku kuat !
Aku disini masih berdiri
Dengan segala kekuatan yang aku punya
Dengan apapun yang telah kau torehkan dalam benakku
Namun, maafkan aku jika terkadang butir air mata masih memaksa untuk menetes
Kala ku ingat kelebatan kenangan bersamamu
Kala ku merindumu
Kala ku ingin mendekapmu
Kala ku ingin bercerita padamu
Kala ku ingin terus bersamamu
Kala ku kesepian jauh darimu
Tapi percayalah aku akan tetap menjadi sosok yang kuat !

Teruntuk ayah yang segalanya bagiku
Bila saja masih ada waktu yang tersisa untukku
Aku ingin kembali bersamamu
Kembali merasakan kilau kasih darimu
Kilau yang tak pernah redup kau pancarkan padaku

Wahai bintang malam..
Wahai bulan..
Wahai angin..
Sampaikan surat kecil ini padanya
Sampaikan bahwa aku sangat merindunya
Saat ini, esok, dan sampai kapanpun
Aku begitu merindunya !





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Pekan 3 #Kepompong

Waktu begitu cepat berlalu. Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari begitu singkat buatku, astagfirullah. Betapa manajemen waktuku amburadul. Bahkan aku pun sering lupa tanggal berapa. Aku pun lebih sering menarik diri dari dunia maya, sedikit sekali waktuku yang kugunakan untuk bersosial media akhir-akhir ini, hingga suamiku sendiri jarang bisa berkomunikasi denganku, aku merasa lebih sibuk di kehidupan nyata dengan kegiatan domestik dan target-target yang belum tercapai. Bahkan menulis jurnal harian pun kadang rapel dan sudah banyak sekali yang hanya menulis di template tanpa caption. Pekan ini begitu menyita tenaga fisik dan batinku. Qodarullah.  Sampai tiba juga di hari dimana aku bisa menulis jurnal ini. Kutulis saat anak-anak terlelap tidur siang. Jurnal puasa pekan 3.  Ko bisa? Udah 3 pekan aja pekan puasa menjadi kepompong, tapi aku merasa belum menjadi lebih baik huhu. Kemana aja aku selama ini?  Diantara puasa dan tantangan mungkin tak ada bedanya, sama-sama masih bany...

Lima Tahun yang Lalu

Tepat 5 tahun yang lalu di tanggal yang sama.  Sejak subuh aku sudah terbangun dan lagi-lagi meringis. Merasakan menit demi menit apa yang dinamakan orang-orang dengan gelombang cinta menanti sang buah hati terlahir ke dunia.  Seperti sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur maka aku harus segera mandi, tak bisa dinanti-nanti. Aku berjalan dengan perlahan menuju kamar mandi berniat mandj dan wudhu untuk shalat.  Jalanku sudah macam kura-kura berjalan saja, dengan berpegangan tangan ke tembok atau apa saja yang kulalui dekat denganku.  Kulihat Mamahku sudah sibuk di dapur.  Berapa terkejutnya aku saat memulai mandi tapi sudah ada bercak merah darah segar keluar disertai dengan rasa mulas melilit.  Aku spontan berteriak memanggil Mamahku. Tentu saja dengan bahasa isyarat.  Karena hiper Saliva ku yang tak kunjung membaik malah semakin menjadi di trimester akhir. Ditambah dengan long day sickness kunamai demikian karena setiap aku ke kamar mandi pasti...

Hari 27 #Kepompong